Seribupena.com - Suatu hari saya iseng saja menulis sebuah sajak di beranda Facebook. Ya, maksud hati hanya sekadar melatih imajinasi untuk bermain diksi dalam fiksi. Mungkin lebay atau apalah namanya. Yang jelas, saya menuliskannya karena saya suka. Saya menuliskan sajak ini pada jam 12 malam. Berharap, orang-orang pada tidur ketika saya menerbitkan lewat beranda Facebook.Nyatanya, sang Guru, Pak Erman Hubu, masih terjaga. Dia langsung merespon sajak itu dengan kata-kata yang begitu indah. Nah, untuk lebih jelasnya mungkin saya kembali terbitkan sajak itu di laman blog ini lengkap dengan sajak berbalasnya. KITA MASIH DI LANGIT YANG SAMA KAN?Beberapa hari ini kau menghilang. Kabarmu seolah lenyap dan digenggam sunyi Kucoba mengintip catatan hariannmu Tapi tak kutemukan sepotong cerita di sana. Diam-diam kutatap layar handphone Kucoba melihat nomormu di sana Berharap, masih ada. Dan ternyata ada Tapi, kok rasanya ada yang hilang ya? Ah mungkin hanya perasaanku saja Dinda... Kadang kuberpikir Mengapa pula aku harus merindukanmu Bukankah sejak dulu kita memang makhluk terpisah? Rasanya terlalu tiba-tiba rindu mengepungku Maka perlahan kutuliskan sajak ini Biar kau tahu bahwa rindu ini telah melangit Setelahnya kubercakap pada diri sendiri Hati berbisik " Tenanglah kita masih di langit yang sama Bulan pun masih tetap yang kemarin, Pun matahari masih tetap yang sama kan? Tapi kok serasa kau berpisah jauh Ber mil-mil hingga batas pandangan hilang Perlahan aku mulai menepis rindu ini Aku yakinkan hati bahwa kita hanya berpisah sementara. Pun kalau kau rindu. Coba pandangilah bulan Lalu pikirkan aku pun menatap bulan yang sama Di sana pandangan kita bersatu Dan jangan lupa kiaskan doa ke cahayanya Hingga harapan-harapan kita bersatu di sudut sana. Adinda... Barangkali sajak ini teramat panjang. Singkatnya aku hanya ingin berkisah tentang rindu Perasaan yang begitu sederhana Yang belakangan ini begitu menyiksa. Kucoba mencari obatnya Sayang belum juga kutemukan Sampai aku bersandar di sebuah batu besar Di hadapan danau kecil yang teduh Aku berujar pelan pada danau itu."Tiada obat rindu selain pertemuan."Lantas aku pun bergegas ke kamar Menutup jendela rapat-rapat Dan sebelum tidur aku berharap sangat Mimpi yang akan mempertemukan kita Ya walau hanya semenit. Bagiku pertemuan di mimpi kali ini cukup penting Sebab dia akan menghapus rindu satu abad lamanya Aku pun menutup mata Pelan-pelan hingga setitik bening menembus kelopak mata. "Dinda rindu ini untukmu" bisikku pelan.Balasan Pak Erman : Tak cukuplah rindumu terobati dengan sajak, Cepatlah engkau beranjak, Agar rindumu tak terinjak, Hingga engkau pun kehilangan jejak, Kuatkan niatmu dalam sucinya langkah agar kerinduanmu senantiasa dalam barakah dengan nama Allah engkau jemput senyumnya yang merekah Balasan saya:Pesan guru amat mulia Begitu dalam melukiskan sisi dunia Ananda bingung, kepada siapa harus setia Andai Tuhan buka sedikit tabirnya Tentu akan mudah menjemputnya Nyatanya, dia masih mengejar cita-citanya Tak elok bila mana merusak rencananya Biarlah sajak jadi jembatan untuk bertaut hati Mungkin besok akan hadir sebuah simpati Dalam ikatan sebuah janji Suci... Pak Erman: Hehehehe,,,,tak elok jika kau hanya menunggu Karena hal itu hanya menumpuk rasa ragu Kau bukanlah sosok yang gagu Bergeraklah atas cinta-Nya, kelak cintamu kokoh bagai tugu Balasan Saya : Niat telah kokoh membaja Namun hati ini masih terjajah Cinta pun belum bisa jadi raja Sebab rindu ini memang tak sengaja Bila pun hati tetap rindu Biarkan dia terkunci di balik pintu Meski rasa sakit ini membiru Lelaki kecil itu masih menguatkan rencana Agar pilihannya tak akan jadi bencana Yang pasti, dia akan dijemput dengan kereta kencana dengan mahar yang sederhana. Itu pun kalau Allah telah berencana... Balasan Pak Erman : Jika engkau telah miliki rencana, maka bismillah Baik dan buruknya pasrahkan kepada Allah Agar rindu dan cintamu tak akan pernah salah Hingga para syetan menangis dan kalah Engkau adalah imam, Maka haruslah berani segera Jemputlah dia sang seruni Doa dan zikirmu kuatkan hati nurani Hingga kelak kau bahagia dalam mahligai cinta yang bersimfoni. Pada bagian akhir ini saya kalah. Tak tahu lagi harus menjawab bagaimana. Hehe.. he..hehe.. Baiklah sahabat. Cukuplah sajak ini sampai di sini. Semoga bermanfaat dan bisa menjadi asupan hati.