Empat Kisah Perempuan Kepada Hujan
Konten [Tampil]
HUJAN ITU KAU
Oleh: Nurmalia
Kau adalah hujan
Air yang menari di rimbunnya pepohonan
Bergemericik merdu memecah kesunyian
Menyanyikan titah tuhan
Menggenapkan separuh perasaan
Kau adalah hujan
Wujud cinta yang tak pernah lekang
Bergelayutan di pikiran tanpa mengekang
Mewarnai dengan warna yang tak pernah usang
Kau adalah hujan
Indahmu selalu terekam
Dengan senyum dan matamu yang tajam
Tak pernah berhenti mengusik hatiku berjam-jam
Kau adalah hujan
Makhluk tuhan yang ku pinta
Dengan doa tanpa tergesa gesa
Aku menyimpanmu dalam asa tanpa rupa
Tak ada yang tau
Hanya kau, aku, dan hujan
91214
**
HUJAN
Oleh: Monita Alvia
Lagi-lagi,
tentangmu mulai terbayang,
Dengan alunan gemercik air,
Kau hadir, pada tiap-tiap bulir.
Dan kini,
Kubiarkan dingin menikamku,
dan kenang akanmu melekat dalam kalbu.
Di balik jendela berhias rintik hujan, 09 Desember 2014.
**
GERIMIS MENYIMPAN RINDU
Oleh : Wiwi Nurgiyanti
Biarlah,
rindu menggebu cintapun merayu
Jarak samudra pembatas rasa; begitu hampa
Biarlah!
Terpatri cengkrama laksana arjuna; pada gerimis senja
Menggigil sunyi menepis rindu kelabu. Tak ada sapa dan puja
Kekasih halalku;
antara aku, kau dan hujan mengisi ruang sepi pada bilik hati memanjatkan Doa
Setia; janjiku padamu karena_Nya
mendekap rindu pada bulir-bulir asmara.
Asmara merindu.
Purbalingga, 9 Desember 2014
**
HUJAN DAN SECANGKIR KENANGAN
Oleh: Adinda Zetya Salsabila
Bilamana rindu kan berlabuh
Di dermaga hati yang meretak
Dulu;
Seuntai janji kau ucap
Bersaksi rintik dan sinar pelangi
Dua hati saling berseri
Tapi kini,
Di rintik hujan Desemberku
Secuil luka lalu masih bersaksi bisu
KLATEN, 09 November 2014
Posting Komentar untuk "Empat Kisah Perempuan Kepada Hujan"
Sebelum komentar, silakan saling klik follow ya : >> Follow Blog
Teman yang follow blog ini akan muncul di sidebar blog nanti.
InsyaAllah akan menambah jaringan pertemanan ke kalangan blogger lainnya.